LAPORAN AKHIR
PARKTIKUM KIMIA BAHAN HAYATI LAUT
Mata Acara Praktikum : Pengujian Komponen Fitokimia Bahan
Hayati
DISUSUN OLEH
VIKY FAJRUL
SAHRIJA
230210100002
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JATINANGOR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya alam (biasa disingkat SDA) adalah segala
sesuatu yang muncul secara alami yang
tidak mungkin ditemukan di laboratorium dan
dapat
digunakan untuk pemenuhan kebutuhan manusia
seperti dalam segi pengobatan, pertania dan industri pada umumnya.
Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa
organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang
struktur kimia, biosintetis, perubahan dan metabolism, penyebaran secara alami
dan fungsi biologis dari senyawa organik. Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti
luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber
tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Setiap tahap pengerjaan fitokimia merupakan bagian integral dari seluruh
rangkaian pengerjaan dan merupakn aspek yang berhubungan.
Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa
yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh,
tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif
bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini berbeda dengan apa yang
diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu bahwa mereka
bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini
tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka
waktu yang normal untuk defisiensi tersebut. Dari metode yang telah dikembangkan dapat medeteksi adanya golongan
senyawa alkoloid, flovonoid, triterpenoid, steriod, saponin, tanin, dan senyawa
fenol.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum yang berjudul
Pengujian Komponen Fitokimia Bahan Hayati adalah :
·
Mempelajari metode
pengujian komponen fitokimia bahan hayati
·
Mengetahui
kandungan senyawa Alkaloid, Flavonoid, Fenolik, Triterpenoid, Steroid, Saponin,
dan Tanin dari sampel biji buah keben dan daging buah lamun.
1.3 Prinsip Praktikum
Prinsip dari praktikum yang
berjudul Pengujian Komponen Fitokimia Bahan Hayati adalah pencarian senyawa
metabolit sekunder dari sampel biji buah keben dan daging buah lamun dengan
mengamati adanya busa, warna dan endapan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Sampel
2.1.1 Biji Buah Keben
Keben (Barringtonia asiatica L. Kurz)
termasuk dalam
suku Lecythidaceae. Tumbuhan ini banyak dijumpai di sekitar
pantai, sepanjang sungai atau di hutan
mangrove pada ketinggian 350 m di atas permukaan laut. Dibeberapa daerah,
tumbuhan ini sering
disebut sebagai tumbuhan beracun (poisonous plant), karena
dibeberapa daerah buahnya digunakan sebagai racun ikan. Misalnya, masyarakat
Papua menggunakan
biji keben untuk menangkap ikan. Bijinya diparut kemudian
disebar dipermukaan selokan yang dalamnya
mencapai 1 meter sehingga ikan akan pingsan dan mudah ditangkap dipermukaan
air (Lemmes
& Bunyapraphatsara 2003; Samah 1988)
Gambar 1. Biji buah keben
Sumber : oocities.org
Pemanfaatan tumbuhan ini berbeda-beda di
setiap negara
dan daerah. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah biji, buah dan
daunnya. Di Filipina daunnya digunakan
sebagai obat untuk sakit perut. Masyarakat Indonesia dan Indo Cina
menggunakan buah atau bijinya sebagai
racun ikan. Sedangkan suku Aborigin di Australia menggunakan tumbuhan ini
sebagai racun ikan
dan sebagai obat sakit kepala (Lemmes & Bunyapraphatsara 2003;
Samah 1988; Duryatmo 2006)
Keben mengandung senyawa saponin,
terpen, alkaloid,
triterpenoid, fenolik dan tanin (Duryatmo 2006). Diduga sebagian besar
khasiat obat dalam biji keben berasal dari saponin dalam tanaman tersebut. Herlt, (2002),
menunjukkan bahwa biji keben mengandung senyawa saponin yang berkhasiat sebagai
racun ikan.
2.1.2 Daging Buah Lamun
Lamun (seagrass)
adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang berbiji satu (monokotil)
dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga, dan
buah. Lamun dapat ditemukan di
seluruh dunia kecuali di daerah kutub. Sekitar 60 jenis lamun yang telah ditemukan. Di Indonesia hanya terdapat 7 genus dan
sekitar 12 jenis yang termasuk ke dalam 2 famili yaitu: Hydrocharitacea (9 marga, 35 jenis) dan Potamogetonaceae (3 marga, 12 jenis). Tumbuhan lamun sejauh ini belum memiliki nilai
ekonomis atau komersial di Indonesia, namun dilaporkan telah dimanfaatkan oleh
sebagian masyarakat pesisir sebagai sumber makanan dan sumber serat. Biji lamun juga telah dimanfaatkan oleh
masyarakat pesisir di negara Filipina dan Australia. Buah lamun sudah sering dimanfaatkan secara
langsung oleh masyarakat desa Waai sebagai sumber makanan. Secara empiris,
observasi menunjukkan bahwa jenis lamun yang
paling banyak ditemukan pada perairan desa Waai adalah jenis Enhalus acoroides. Jenis lamun ini memiliki buah yang sering dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar sehingga perlu dilakukan kajian untuk mengetahui kadar
karbohidrat, protein, dan lemak yang terkandung di dalamnya. Selain kajian
tentang nutrisi buah lamun E.
acoroides, dilakukan pula kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat pemanfaatan buah lamun oleh
masyarakat di desa Waai. Variabel yang diduga mempengaruhi tingkat pemanfaatan buah lamun adalah pengetahuan dan
persepsi masyarakat.
Gambar 2. Buah
Lamun
Sumber: fobi.web.id
Hasil analisis
menunjukkan bahwa buah lamun E.
acoroides memiliki kandungan
nutrisi karbohidrat yang relatif lebih tinggi yaitu 59,26%, kandungan protein
sebesar 5,65% dan kandungan lemak sebesar 0,76%. Selain itu, hasil uji
hipotesis juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan langsung yang signifikan
antara pengetahuan masyarakat dengan pemanfatatan buah lamun E. acoroides dengan nilai standardized Coefficients atau b = 0,312 dan signifikansi thitungsebesar
0,026. Terdapat hubungan langsung yang signifikan antara persepsi masyarakat dengan
pemanfatatan buah lamun E.
acoroides dengan nilaistandardized
coefficients atau b = 0,406 dan signifikansi thitung sebesar 0,0004. Terdapat hubungan
tidak langsung yang signifikan antara pengetahuan masyarakat dengan pemanfaatan buah lamun E. acoroides melalui persepsi. Pengaruh total
pengetahuan masyarakat (X1) terhadap tingkat permanfaatan (Y) secara
langsung dan tidak langsung sebesar b 0,563 + b 0,406= b 0,969.
2.2 Pelarut
2.2.1 Metanol
Metanol,
juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus, adalahsenyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH.
Ia merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada "keadaan
atmosfer" ia berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna,
mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol).
metanol digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan
sebagai bahan additif bagi etanol industri.
Metanol diproduksi secara alami oleh
metabolisme anaerobik oleh bakteri.
Hasil proses tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah
beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan sinar matahari menjadikarbon
dioksida dan air.
2.2.2 Etanol
Etanol,
disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah
menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dantermometer modern. Etanol adalah salah satu obat
rekreasi yang paling tua.
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai
tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O.
Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol
sering disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan
singkatan dari gugus etil (C2H5).
Fermentasi gula menjadi etanol merupakan salah
satu reaksi organik paling awal yang pernah dilakukan
manusia. Efek dari konsumsi etanol yang memabukkan juga telah diketahui sejak
dulu. Pada zaman modern, etanol yang ditujukan untuk kegunaan industri
dihasilkan dari produk sampingan pengilangan minyak bumi.
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut
berbagai bahan-bahan kimia yang ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia.
Contohnya adalah pada parfum, perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam
kimia, etanol adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk
sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan
sebagai bahan bakar.
2.2.3 Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O:
satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat
secara kovalen pada
satu atom oksigen.
Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu padatekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini
merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan
untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul
organik.
Keadaan air yang berbentuk cair merupakan suatu
keadaan yang tidak umum dalam kondisi normal, terlebih lagi dengan
memperhatikan hubungan antara hidrida-hidrida lain yang mirip dalam kolom
oksigen pada tabel
periodik, yang mengisyaratkan bahwa air seharusnya berbentuk gas,
sebagaimana hidrogen
sulfida. Dengan memperhatikan tabel
periodik, terlihat bahwa unsur-unsur yang mengelilingi oksigen adalah nitrogen, flor,
dan fosfor, sulfur dan klor. Semua elemen-elemen
ini apabila berikatan dengan hidrogen akan menghasilkan gas pada temperatur dan
tekanan normal. Alasan mengapa hidrogen berikatan dengan oksigen membentuk fase
berkeadaan cair, adalah karena oksigen lebih bersifat elektronegatif ketimbang
elemen-elemen lain tersebut (kecuali flor).
Tarikan atom oksigen pada elektron-elektron
ikatan jauh lebih kuat dari pada yang dilakukan oleh atom hidrogen,
meninggalkan jumlah muatan positif pada kedua atom hidrogen, dan jumlah muatan
negatif pada atom oksigen. Adanya muatan pada tiap-tiap atom tersebut membuat
molekul air memiliki sejumlah momen dipol. Gaya
tarik-menarik listrik antar molekul-molekul air akibat adanya dipol ini membuat
masing-masing molekul saling berdekatan, membuatnya sulit untuk dipisahkan dan
yang pada akhirnya menaikkan titik didih air. Gaya tarik-menarik ini disebut
sebagai ikatan
hidrogen.
Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat
kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan temperatur
standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion hidrogen
(H+)
yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH-).
2.3 Metabolit Sekunder
Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak
esensial bagi pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau
berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme biasanya
menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan mungkin satu
jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada satuspesies dalam suatu kingdom. Senyawa ini juga
tidak selalu dihasilkan, tetapi hanya pada saat dibutuhkan saja atau pada
fase-fase tertentu. Fungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan diri
dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya untuk mengatasi hama dan penyakit, menarik polinator, dan sebagai molekul sinyal. Singkatnya,
metabolit sekunder digunakan organisme untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
Senyawa metabolit sekunder diklasifikasikan menjadi
3 kelompok utama, yaitu:
·
Terpenoid (Sebagian besar senyawa terpenoid mengandung karbon dan hidrogen
serta disintesis melalui jalur metabolisme asam mevalonat.) Contohnya monoterpena, seskuiterepena, diterpena, triterpena, dan
polimer terpena.
·
Fenolik (Senyawa ini terbuat dari gula sederhana dan memiliki cincin benzena, hidrogen, dan oksigendalam struktur kimianya.) Contohnya asam fenolat, kumarina, lignin,
flavonoid, dan tanin.
Sebagian besar tanaman penghasil senyawa metabolit sekunder
memanfaatkan senyawa tersebut untuk mempertahankan diri dan berkompetisi dengan
makhluk hidup lain di sekitarnya. Tanaman dapat
menghasilkan metabolit sekunder (seperti: quinon, flavonoid, tanin, dll.) yang
membuat tanaman lain tidak dapat tumbuh di sekitarnya. Hal ini disebut sebagai alelopati. Berbagai senyawa
metabolit sekunder telah digunakan sebagai obat atau model untuk membuat obat
baru, contohnya adalah aspirinyang dibuat
berdasarkan asam
salisilat yang secara alami terdapat pada tumbuhan tertentu. Manfaat lain dari
metabolit sekunder adalah sebagai pestisida dan insektisida, contohnya adalah
rotenon danrotenoid. Beberapa metabolit
sekunder lainnya yang telah digunakan dalam memproduksi sabun, parfum, minyak
herbal, pewarna, permen karet, dan plastik alami adalah resin, antosianin,
tanin, saponin, dan minyak volatile.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum
Pengujian Komponen Fitokimia Bahan Hayati dilaksanakan pada:
Hari / Tanggal : Rabu / 10 April 2013
Waktu :
08.00-10.00 WIB
Tempat : Laboratorium Bioteknologi Kelautan
Gedung 4 lantai III FPIK UNPAD
3.2 Alat dan Bahan
·
Alat
o Tabung Reaksi :
wadah untuk melakukan pengujian.
o Neraca Analitis :
Untuk Menimbang sampel.
o Bunsen :
Untuk Memanaskan larutan.
o Gelas Ukur :
Gelas untuk mengukur larutan.
o Penjepit :
Untuk menjepit tabung reaksi ketika dipanaskan.
o Kertas saring :
Untuk menyaring campuran larutan dari filtratnya.
o Pipet Tetes :
Untuk memasukan laturan sedikit demi sedikit.
o Plat Tetes :
Wadah uji.
·
Bahan
o Perekasi Mayer (KI + HgCl2)
o Perekasi Liberman Burchard (H2SO4 +
asam asetat anhidrida)
o Perekasi Dragendorff
o Pereaksi Wagner
o Ammonia 10%, 25%
o HCl 1N, 2M
o CHCl3
o HCl Pekat
o FeCl3 1%
o NaCl
o Gelatin
3.3 Prosedur Praktikum
A. Uji Alkaloid I :
·
Sebanyak 1 gram sampel ditimbang, kemudian
dibasahkan dengan amonia (NH4OH 10%) dan ditambahkan CHCl3 dan dikocok lalu
disaring.
·
Filtrat dimasukan dalam tabung reaksi.
·
Ditambahkan HCl 1N lalu dikocok.
·
Lapisan asam dipisahkan dalam tabung reaksi
lain.
·
Diambil masing-masing 3 tetes lapisan/fraksi
asam kedalam lempeng tetes (spot plate).
·
Pada Lempeng tetes pertama ditambahkan 2 tetes
pereaksi Dragendorff, hasil positif jika muncul endapan merah jingga.
·
Pada Lempeng tetes kedua ditambahkan 2 tetes
pereaksi Mayer, hasil positif jika muncul endapan putih.
·
Pada Lempeng tetes ketiga ditambahkan 2 tetes
pereaksi Wagner, hasil positif jika muncul endapan coklat merah.
Uji Alkaloid II :
·
Sebanyak 3 mL sampel diletakan dalam cawan
perselin.
·
Ditambahkan 5 mL HCl 2M.
·
Diaduk dan kemudian didinginkan pada suhu
ruangan.
·
Setelah dingin ditambahkan 0,5 g NaCl lalu
diaduk dan saring.
·
Filtrat yang diperoleh ditambahkan HCl 2M
sebanyak 3 tetes.
·
Dipisahkan menjadi 4 bagian :
o Filtrat
A sebagai blangko
o Filtrat
B ditambah pereaksi mayer hasil positif jika ada endapan.
o Filtrat
C ditambahkan pereaksi wagner hasil positif jika ada endapan.
o Filtat
D digunakan untuk uji penegasan.
·
Filtat D ditambah amonia 25% hingga PH 8-9.
·
Ditambahkan kloroform dan diupkan diatas waterbath.
·
Ditambahkan HCl 2M, diaduk dan disaring.
·
Filtrat dibagi menjadi 3 bagian :
o Filtrat
A sebagai blangko.
o Filtat
B ditambahkan pereaksi Mayer, hasil positif jika ada endapan.
o Filtrat
C ditambahkan pereaksi Dragendorff, hasil positif jika ada endapan.
B. Uji Flavonoid I :
·
Sebanyak 1 gr sampel dimasukan kedalam gelas
ukur.
·
Ditambahkan 25 ml metanol.
·
Dididihkan selama 5 menit.
·
Disaring dalam keadaan panas.
·
Larutan hasil saringan dipanaskan kembali sampai
menguap.
·
Ditambahkan kloroform dan air suling (1:1) sebanyak
5 ml.
·
Dikocok dan biarkan sejenak hingga terbentuk dua
lapisan kloroform-air ( lapisan kloroform dilapisan bawah, lapisan air dibagian
atas)
·
Sebagian lapisan air diambil dan dipindahkan
dengan pipet kedalam tabung reaksi.
·
Ditambahkan 0,1 gr bubuk magnesium dan beberapa
tetes asam klorida pekat dan amil alkohol.
·
Adanya flovonoid ditinjukan dengan terbentuknya
warna orange merah.
Uji Flovonoid II:
·
Sampel dilarutkan dalam etanol absolut dan
dibagi menjadi 2 tabung.
o Tabung
1 sebagai blangko.
o Tabung
2 sebagai tabung uji.
·
Tabung 2 ditambahkan dengan 2 tetes HCl pekat.
·
Diamati warna dan bandingkan dengan tabung
blangko.
·
Tabung 2 dihangatkan diatas penangas air selama
10 menit, amati perubahan yang terjadi.
·
Hasil positif jika adanya warna merah kuat atau
violet.
C. Uji Senyawa Fenolik
·
Lapisan air dari uji flavonoid dimasukan kedalam
plat tetes.
·
Ditambahkan pereaksi FeCl3 1%.
·
Hasil positif ditandai dengan adanya warna
biru-ungu.
D. Uji Terpenoid dan
Steroid
·
Lapisan kloroform dari uji flavonoid dimasukan kedalam
plat tetes dan biarkan sampai kering.
·
Ditambahkan satu tetes asam asetat anhidrida dan
satu tetes asam sulfat paket (pereaksi Liebermann burchard).
·
Terbentuknya warna merah positif senyawa
terpenoid.
·
Terbentuknya warna biru atau ungu positif steroid.
E. Uji Saponin
·
Sebanyak 1 gram sampel dimasukan kedalam
erlenmayer.
·
Ditambahkan 100 ml air panas.
·
Dididihkan selama 5 menit.
·
Disaring dalam keadaan panas.
·
Larutan diambil sebanyak 10 ml.
·
Dikocok kuat secara vertikal selama 10 detik.
·
Adanya saponin ditunjukan dengan terbentuknya
busa yang stabil tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-10 cm dan tidak hilang
pada penambahan satu tetes HCL 2N.
F. Uji Tanin
·
Sebanyak 1 gram sampel ditambahkan air.
·
Dididihkan selama beberapa menit dan saring.
·
Diambil 2 ml filtrat.
·
Ditambahkan 1-2 tetes pereaksi FeCl3 1%.
·
Terjadi warna biru tua atau hijau kehitaman
positif tanin
·
Sampel ditambahkan aquades panas, aduk dan
dinginkan.
·
Ditambahkan 5 tetes NaCl 10% kemudian saring.
·
Filtrat dibagi menjadi 3 bagian :
o Filtrat
A sebagai blangko.
o Filtrat
B ditambahkan 3 tetes pereaksi FeCl3, jika terbentuk warna hijau kehitaman
adanya tanin terhidrolisis, jika terbentuk hijau kecoklatan adanya tanin
terkondensasi.
o Filtrat
C ditambahkan larutan gelatin, jika terbentuk endapan positif tanin.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Uji Fitokimia
|
Grup 1 (Biji Keben)
|
Grup 2 (Daging Buah Lamun)
|
Hasil Positif
|
||
Hasil
|
Keterangan
|
Hasil
|
Keterangan
|
||
Alkaloid I
|
-
|
Tidak ada
endapan
|
-
|
Tidak ada
endapan
|
Mayer : endapan
putih
|
|
-
|
Tidak ada
endapan
|
-
|
Tidak ada
endapan
|
Wagner : coklat
kemerahan
|
Alkaloid II
|
B:+ ;
C:+ ;
D:-
|
D tidak
dilakukan kerena kekurangan hasil awal
|
M:- ;
W:- ;
Uji Penegasan:+
|
M dan W tidak
ada endapan.
Uji Penegasan
ada endapan
|
Terdapat endapan
|
Flavonoid I
|
-
|
Terbentuk 2
lapisan
|
-
|
Terbentuk 2
lapisan
|
Warna orange
merah
|
Flavonoid II
|
+
|
Warna merah
violet
|
-
|
Tidak ada warna
merah
|
Merah
kuat/violet
|
Triterpenoid/steroid
|
-
|
Warna putih susu
|
+
|
Warna ungu
|
Triterpenoid:merah
Streroid:ungu
|
Fenolik
|
-
|
+3 tetes FeCl,
warna kuning bening
|
-
|
Warna tetap
bening
|
Biru ungu
|
Saponin
|
+
|
Masih berbusa
ditambah 1 tetes HCl
|
-
|
Busa tidak tahan
lama
|
Terjadi busa
|
Tanin
|
1. +
2. A blangko
B. +
C. -
|
1. biru tua
2.A Blangko
B. ungu kehitaman
=tanin terhidrolisis
C. berbusa, tidak
ada endapan
|
1. +
2. a.-
b.-
c.-
|
1. warna hijau
kehitaman
2. a.warna tidak
berubah
b. warna tidak
berubah
c. tidak ada
endapan
|
Biru tua atau
hijau kehitaman
|
4.2 Pembahasan
4.2.1 Biji Keben
Menurut Duryatmo (2006) Keben
mengandung senyawa saponin, terpen, alkaloid, triterpenoid, fenolik dan tannin. Namun dalam praktikum kali ini menunjukan sedikit
perbedaan, dimana biji buah keben menunjukan hasil positif pada pengujian
senyawa Alkaloid, Flavonoid dan saponin. Artinya ada perbedaan pada pengujian
flavonoid, triterpenoid, fenolik dan saponin.
Flavonoid menurut litelatur tidak
terkandung pada biji buah keben, namun pada kegiatn praktikum menunjukan hasil
positif ditunjukan dengan adanya warna merah violet pada sampel yang diuji.
Flavonoid merupakan senyawa yang bersifat polar karena mempunyai sejumlah gugus
hidroksil. Oleh karena itu, umumnya flovonoid larut dalam pelarut polar seperti
etanol. Etanol berfungsi sebagai pembebas flvonoid dari bentuk garamnya ,
kemudian ditambahkan HCl pekat yang berfungsi sebagai protonasi flavonoid
sehingga terbentuk garam flavonoid, dan pada hasil menunjukan positif dengan
adanya warna merah.
Saponin adalah segolongan senyawa glikosida yang mempunyai
struktur steroid dan mempunyai sifat-sifat khas dapat membentuk larutan
koloidal dalam air dan membui bila dikocok.
Sampel biji buah keben dicampurkan kedalam air panas hal ini dimaksudkan supaya
meningkatkan kelarutan senyawa sehingga seluruh ekstrak akan keluar. Pengocokan
secara vertikal dimaksudkan untuk membuktikan apakah biji buah keben mengandung
saponin atau tidak karena saponin memiliki sifat berbuih ketika ia dikocok dan
hasil pengujian positif mengandung saponin.
4.2.2 Daging Buah Lamun
Daging
buah lamun diketahui memiliki senyawa flavonoid,
fenol, steroid, tanin dan saponin. Namun dalam praktikum kali ini senyawa yang
dapat diketahui dari daging buah lamun hanya steroid dan hasil lainnya
menunjukan hasil yang negatif. Hal ini bisa saja terjadi karena kesalahan dari
praktikan dalam melakukan kegiatannya.
Steroid adalah senyawa organik lemak sterol tidak terhidrolisis yang dapat dihasil
reaksi penurunan dari terpena atau skualena. Dalam proses pengekstrakannya daging buah lamun
dilarutkan dalam 2 ml kloroform dalam tabung reaksi yang kering. Kemudian ke
dalamnya ditambahkan 10 tetes anhidra asetat dan 3 tetes asam sulfat pekat.
Terbentuknya larutan berwarna merah untuk pertama kali kemudian berubah menjadi
biru dan hijau menunjukkan reaksi positif. Dan hasilnya pun menunjukan hasil
positif yang berarti daging buah lamun tersebut mengandung streroid yang dapat
dimanfaatkan dalam bidang keehatan.
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dalam praktikum kali ini
adalah :
·
Fitokimia merupakan
suatu disiplin ilmu yang bidang perhatiannya adalah aneka ragam senyawa organik
yang dibentuk oleh tumbuhan meliputi struktur kimianya, biosintesisnya,
perubahan serta metabolismenya, penyebaran secara ilmiah dan fungsi
biologisnya.
·
Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak
esensial bagi pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau
berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya.
·
Dalam kegiatan praktikum kali ini
pelarut yang digunakan diantaranya adalah metanol, etanol dan air.
·
Biji buah keben
mengandung senyawa saponin, terpen, alkaloid, triterpenoid,
fenolik dan tannin. Namun dalam
praktikum kali ini biji buah keben mengandung senyawa Alkaloid, Flavonoid dan
saponin.
·
Daging buah
lamun memiliki
senyawa flavonoid, fenol, steroid, tanin dan
saponin. Namun dalam praktikum daging buah lamun hanya steroid.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum kali ini adalah
:
·
Praktikan
diharapkan menggunakan standar keamanan yang diterapkan di laboratorium.
·
Praktikan
diharapkan serius dan teliti dalam melaksanakan segala kegiatan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010.http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/8025.diakses tanggal 12 April 2013
Anonim.2013.metabolit sekunder.http://id.wikipedia.org/wiki/Metabolit_sekunder.diakses tanggal 12 April 2013
Anonim.2013.sumber daya alam.http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_alam.diakses tanggal 12 April 2013
Anonim.2011.skrening fitokimia.http://bbblajarbareng.blogspot.com/2011/02/skrening-fitokimia.html.diakses tanggal 12 April 2013
Bustanussalam.2011.Uji Bioaktivitas Senyawa Glikosida
dari Biji Keben (Barringtonia asiatica L. Kurz).bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar